Pesawat
terbang, si burung besi yang mampu mengangkut ratusan orang dalam sekali
perjalanan. Siapa yang tak tahu dengan kendaraan yang satu itu? Alat
tranportasi yang mampu membawamu berpindah dari satu tempat ke tempat lain
dengan waktu yang cukup singkat. Meskipun biaya yang harus dikeluarkan untuk
dapat menumpang cukup mahal, tapi itu sebanding dengan kecepatannya dalam
mengantar penumpang sampai ke tempat tujuan. Sehingga tak banyak waktu yang
terbuang hanya untuk melakukan perjalanan.
Kekagumanku
pada benda canggih yang satu ini, tak berhenti hanya sampai pada kemampuan dan
kecepatannya dalam membawa dan mengantar penumpang dengan waktu yang singkat.
Dengan ukurannya yang sangat besar dan pasti sangat berat itu, ia mampu terbang
di ketinggian yang sangat jauh dari bumi yang kita pijak ini. Jaraknya ke bumi
pastilah hingga ribuan meter hingga yang terlihat dari bumi hanyalah sebuah
garis kecil, pendek, dan tipis yang melaju dengan pelan di udara. Bukankah itu
mengagumkan?
Bisa
naik dan menikmati indahnya bumi kita ini dari dalam pesawat mungkin menjadi
bagian dari mimpi sebagian orang. Apalagi mereka yang perekonomiannya menengah
ke bawah. Tak banyak yang mampu mewujudkannya. Aku adalah salah satunya.
Sebelum aku menjadi bagian dari sekian ribu peserta SM-3T, aku adalah salah satu anak
manusia yang bermimpi dapat menaiki si burung besi raksasa itu. Perekonomian
keluargaku bukanlah termasuk golongan orang kaya, kami masuk ke golongan
menengah ke bawah. Hingga suatu hari mimpiku pun terwujud dan aku dapat menaiki burung besi itu bahkan tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun. Sehingga aku dapat menikmati
indahnya bumi ciptaan Tuhan ini dari dalam pesawat, si burung besi raksasa itu.
Alam
membentang luas seperti hamparan karpet berwarna hijau yang menyejukkan mata
ketika dilihat. Perbukitan dan gunung-gunung yang menjulang tinggi pun terlihat
kokoh berdiri di antara hamparan hijaunya negeriku. Tak salah jika Indonesia
pernah mendapat julukan zambrud khatulistiwa. Sayang, makin hari karpet hijau
yang kulihat ini mungkin akan semakin berkurang luasnya. Sebab, tak lama
setelah aku menikmati hamparan luas dan betapa hijaunya negeriku ini aku
melihat pemandangan yang hampir berbeda sama sekali.
Saat
itu, pesawat yang kutumpangi melewati sebuah kota besar dengan beberapa
cerobong asap yang menjulang di beberapa sudut kota. Pemukiman warga pun
membentang luas seakan tak memberimu ruang untuk sekedar bermain sepak bola.
Wajarlah namanya juga kota besar, pasti banyak warga yang berlomba-lomba ingin
tinggal dan menjadi bagian dari gemerlap dan ramainya kota itu. Jalan raya yang
mengular dan seakan tak berujung serta dipenuhi kendaraan lalu lalang pun turut
menambah betapa kota itu seakan hidup dan tak pernah tidur. Sungguh pemandangan
ini berbeda dengan pemandangan yang sebelumnya kulihat.
Tak
terasa sudah beberapa jam terlewatkan begitu saja. Rasanya baru sebentar tadi pesawat ini mengudara sekarang aku telah sampai di kabupaten Ngada. Kabupaten yang akan aku tinggali selama 1 tahun ke depan. Belajar bersama dengan anak-anak di sana.
No comments:
Post a Comment