![]() |
Oto Sehati |
Matahari memang sudah cukup tinggi dan hari sudah sepantasnya disebut siang, tapi Bajawa masih saja terasa dingin. Meskipun demikian, tak menyurutkan semangat warga yang ada di kota ini untuk beraktifitas seakan dingin tak terasa sama sekali. Hal tersebut terlihat dari ramainya pasar Bajawa yang dipenuhi oleh warga hingga membuat jalanan sedikit macet. Ini merupakan salah satu keuntungan ketika kita harus berangkat ke penempatan dengan menggunakan alat transportasi umum. Jadi, kita bakal diajak keliling kota dulu sebelum pulang ke kampung.
![]() |
jalan tanjakan dan tikungan tajam |
Setelah beberapa jam perjalanan, Oto Kayu yang membawaku pun melewati jalanan yang masih belum tersentuh aspal. Batu-batu menjadi pemandangan di setiap sudut jalan. Mungkin di sinilah pertama kali kutemui jalanan tak beraspal dengan batu berbagai ukuran sebagai dasarnya. Sesekali akan kalian temui batu berukuran besar timbul di tengah jalan. Bukan sengaja dibuat demikian, batu-batu itu memang sudah ada di sana mungkin dari sebe
lum jalanan ini di buat. Konon berdasarkan cerita dari masyarakat di sana, jalanan tersebut baru di buka sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu. Sebelumnya akses menuju kota kecamatan atau kota kabupaten adalah melalui jalur laut. Bisa dibayangkan betapa usaha masyarakat di daerah tersebut demi pergi ke kota kecamatan atau kabupaten.
Suara dentuman musik yang keluar dari speaker oto semakin keras memekakan telinga. Oto yang melewati jalanan berbatu pun seakan bergoyang mengikuti irama musik. Begitu pula dengan para penumpang, mereka seakan merasa sedang tidak ada di atas jalanan berbatu. Raut wajah mereka tidak menunjukkan rasa khawatir akan jalanan yang bagiku adalah jalanan yang cukup membuat pinggangmu pegal dan tentu berbahaya. Bagaimana tidak, di sisi kiri jalan akan dapat kamu rasakan bagaimana rasanya berada di atas pohon kelapa. Jurang yang begitu dalam berada tepat di sisi jalan. Jika sopir yang membawa oto lengah sedikit akan berbeda cerita yang ku alami. Tapi, sudah dipastikan ini bukanlah pertama kalinya Om Enso membawa oto kayunya melewati jalanan curam ini. Naik, turun, berliku, berbatu, jurang, tebing tinggi, menjadi pemandangan yang akan ditemui sepanjang jalan menuju ke daerah penempatanku. Hingga tibalah di sebuah tanjung dengan belokan tajam dan menurun dengan pemandangan indah pesisir pantai dimana Om Enso memberitahukan kepada kami bahwa di sinilah batas sinyal terakhir. Setelah melewati tikungan ini, sinyal akan hilang. Yups, seperti sebuah pukulan telak dalam sebuah pertandingan tinju, informasi ini sungguh seperti sebuah hal yang mengejutkan kami. Inilah yang mungkin disebut sebuah perjuangan. Sebuah pengorbanan demi kehidupan yang lebih baik antara aku dan orang-orang yang ada di daerah pengabdianku.
![]() |
Pelita sumber penerangan |
Perjuangan ini baru akan dimulai, meski tak tahu harus dimulai dari mana tapi inilah jalan yang telah kupilih. Berjuang hingga akhir atau semuanya akan sia-sia.
No comments:
Post a Comment