Monday, March 2, 2015

Kehidupan Baru di Asrama Wates UNY

Setelah melewati waktu tunggu yang cukup lama yaitu 6 bulan, kini tiba saatnya memenuhi hak atas tugas dan kewajiban yang telah dilaksanakan selama satu tahun yang lalu. Mengikuti Program Profesi Guru. Bonus yang dapat dinikmati tanpa harus mengeluarkan biaya selain biaya untuk kebutuhan pribadi. Bukankah ini menyenangkan?
Bertempat Jl. Bhayangkara No. 7 Wates, Kulonprogo, dua buah bangunan megah menjulang tinggi. Dua
bangunan tertinggi di daerah tersebut. Bangunan yang dibangun oleh Universitas Negeri Yogyakarta tersebut merupakan sebuah asrama yang diperuntukkan bagi para mahasiswa baru yang diwajibkan untuk mengikuti kehidupan asrama selama satu tahun. Sama halnya dengan para mahasiswa baru yang tinggal di asrama tersebut, kami para alumni SM-3T LPTK UNY pun menempati asrama tersebut sebagai pemenuhan syarat PPG berasrama.
Dalam artikel yang dimuat pada website UNY disebutkan bahwa kehidupan berasrama merupakan sebuah proses pembelajaran kehidupan untuk membentuk karakter diri sebagai seorang guru yang profesional. Tentu bagi peserta SM-3T setelah menjalani 1 tahun pengabdian dengan situasi tidak terduga, kehidupan berasrama dengan jadwal yang ketat dan padat tentu bukanlah suatu hal yang sulit. Program SM-3T telah melatih jiwa kemandirian dan kerjasama.
Dengan pembagian kamar sesuai dengan yang telah ditentukan oleh pengelola, saya pun menempati salah satu kamar yang berada di lantai 4. Bersama dengan 2 orang teman baru, saya menempati kamar tersebut. Dua orang teman baru saya tersebut berasal dari penempatan yang berbeda satu sama lain, begitu juga dengan saya. Teman baru saya yang pertama bernama Rafidah Othman dari Prodi Bahasa Inggris, sebelumnya ia ditempatkan di daerah Ende, Flores, NTT. Teman baru saya yang berikutnya bernama Wanti dari Prodi Pendidikan Ekonomi, sebelumnya ia ditempatkan di daerah Gayo Lues, Aceh. Awalnya ada rasa canggung, apalagi sempat pernah terbesit rasa ingin untuk satu kamar dengan teman yang satu jurusan atau satu prodi. Namun, akhirnya saya sadar bahwa Tuhan punya rencana lain yang pasti lebih indah dari rencana yang telah saya buat. Dan dengan latar belakang yang berbeda, saya dapat bertukar pengalaman bersama dengan dua teman baru saya tersebut.