Tuesday, September 17, 2013

Pesawat Terbang Impian

Pesawat terbang, si burung besi yang mampu mengangkut ratusan orang dalam sekali perjalanan. Siapa yang tak tahu dengan kendaraan yang satu itu? Alat tranportasi yang mampu membawamu berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan waktu yang cukup singkat. Meskipun biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat menumpang cukup mahal, tapi itu sebanding dengan kecepatannya dalam mengantar penumpang sampai ke tempat tujuan. Sehingga tak banyak waktu yang terbuang hanya untuk melakukan perjalanan.
Kekagumanku pada benda canggih yang satu ini, tak berhenti hanya sampai pada kemampuan dan kecepatannya dalam membawa dan mengantar penumpang dengan waktu yang singkat. Dengan ukurannya yang sangat besar dan pasti sangat berat itu, ia mampu terbang di ketinggian yang sangat jauh dari bumi yang kita pijak ini. Jaraknya ke bumi pastilah hingga ribuan meter hingga yang terlihat dari bumi hanyalah sebuah garis kecil, pendek, dan tipis yang melaju dengan pelan di udara. Bukankah itu mengagumkan?
Bisa naik dan menikmati indahnya bumi kita ini dari dalam pesawat mungkin menjadi bagian dari mimpi sebagian orang. Apalagi mereka yang perekonomiannya menengah ke bawah. Tak banyak yang mampu mewujudkannya. Aku adalah salah satunya. Sebelum aku menjadi bagian dari sekian ribu peserta SM-3T, aku adalah salah satu anak manusia yang bermimpi dapat menaiki si burung besi raksasa itu. Perekonomian keluargaku bukanlah termasuk golongan orang kaya, kami masuk ke golongan menengah ke bawah. Hingga suatu hari mimpiku pun terwujud dan aku dapat menaiki burung besi itu bahkan tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun. Sehingga aku dapat menikmati indahnya bumi ciptaan Tuhan ini dari dalam pesawat, si burung besi raksasa itu.
Alam membentang luas seperti hamparan karpet berwarna hijau yang menyejukkan mata ketika dilihat. Perbukitan dan gunung-gunung yang menjulang tinggi pun terlihat kokoh berdiri di antara hamparan hijaunya negeriku. Tak salah jika Indonesia pernah mendapat julukan zambrud khatulistiwa. Sayang, makin hari karpet hijau yang kulihat ini mungkin akan semakin berkurang luasnya. Sebab, tak lama setelah aku menikmati hamparan luas dan betapa hijaunya negeriku ini aku melihat pemandangan yang hampir berbeda sama sekali.
Saat itu, pesawat yang kutumpangi melewati sebuah kota besar dengan beberapa cerobong asap yang menjulang di beberapa sudut kota. Pemukiman warga pun membentang luas seakan tak memberimu ruang untuk sekedar bermain sepak bola. Wajarlah namanya juga kota besar, pasti banyak warga yang berlomba-lomba ingin tinggal dan menjadi bagian dari gemerlap dan ramainya kota itu. Jalan raya yang mengular dan seakan tak berujung serta dipenuhi kendaraan lalu lalang pun turut menambah betapa kota itu seakan hidup dan tak pernah tidur. Sungguh pemandangan ini berbeda dengan pemandangan yang sebelumnya kulihat.
Tak terasa sudah beberapa jam terlewatkan begitu saja. Rasanya baru sebentar tadi pesawat ini mengudara sekarang aku telah sampai di kabupaten Ngada. Kabupaten yang akan aku tinggali selama 1 tahun ke depan. Belajar bersama dengan anak-anak di sana.

No comments:

Post a Comment