Tuesday, June 23, 2015

Bajawa, Kota Dingin Sejuta Pesona

Bajawa, sebuah kota dingin yang berada di tengah kerumunan bukit-bukit yang hijau nan asri ini merupakan ibukota dari kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jika kota ini dilihat dari kejauhan, letak geografis Bajawa terlihat menyerupai sebuah mangkok dengan bukit-bukit sebagai mangkok dan pemukiman warga sebagai isinya. Berdasarkan cerita, dari kota inilah pertama kalinya masyarakat mulai mengenal dan menggunakan piring. Dimana piring tersebut berasal dari Jawa. Tapi, entah benar atau tidak cerita inilah yang kuperoleh mengenai darimana asal nama kota Bajawa.


Bajawa dengan penduduk sekitar 45.000 meski tidak semodern kota kabupaten lain di Nusa Tenggara Timur lainnya tetapi cukup cantik alamnya dan juga bersih udaranya. Di sini udaranya cukup dingin dan sejuk tetapi telah dihangatkan keramahan penduduknya yang bersahabat.

Di pusat kota, kita akan temui sebuah pasar yang cukup ramai dikunjungi orang. Itulah Pasar Bajawa. Sebelumnya di pasar inilah segala aktivitas perekonomian berlangsung dari jual beli barang jadi maupun barang mentah. Namun, sekarang pasar ini sudah terbagi menjadi 2. Pasar Bajawa atau yang lebih dikenal sebagai pasar inpres atau pasar tingkat ini menjadi pasar yang hanya diperuntukkan untuk mereka yang menjual dan membeli barang hadi seperti tas, pakaian, dll. Sedangkan untuk barang mentah atau bahan baku dipusatkan di Pasar Bobou. Di sana kita akan temukan beraneka ragam jenis sayuran, buah, ikan, dan bahan mentah lainnya. Ketika kita singgah di Pasar Bajawa maupun Pasar Bobou, akan kita jumpai suasana tradisional masyarakatnya yang ramah dan bersahabat.

Selain menyajikan suasana sejuk bahkan dingin serta masyarakatnya yang ramah dan bersahabat, di kota ini juga terdapat komoditas yang begitu disukai mereka yang gemar akan makanan pedas, yaitu cabe rawit. Ketika singgah di Pasar Bobou, sempatkanlah untuk berkeliling di sana. Maka akan kalian temukan ada banyak sekali penjual yang menjual komoditas yang amat disukai oleh penggemar makanan pedas tersebut. Amatilah cabe rawit yang mereka jual. Ukuran cabe rawit yang dijual di pasar tidaklah sama degan ukuran cabe rawit yang biasa kita temukan di pasar tradisional yang ada di Pulau Jawa. Cabe rawit Flores berukuran kecil, mungkin sekitar sepertiga ukuran cabe rawit di Jawa. Namun untuk rasanya, janganlah ditanya. Sebab, meski kecil tapi pedas luar biasa.

Setelah berkeliling di pasar, cobalah untuk singgah di salah satu warung yang ada di sana. Pesanlah makanan dan jangan lupa untuk mencici sambal khas yang berbahan dasar cabe rawit yang banyak dijual di pasar. Sehingga kalian dapat merasakan betapa nikmatnya sambal yang mungkin hanya akan kalian temukan di daerah Flores ini. Jangan segan juga untuk mencicipi beberapa makanan warung atau yang dijajakan di tepi jalan. Selain bersih, Pasar Bajawa pun terkenal sebagai salah satu pasar terbersih. Kalau ingin mencoba memakan pinang dan sirih, silakan beli satu bungkus paket sirih dan pinang dengan harga Rp5.000,- saja.

Kekhasan kota dingin ini pun tidak berhenti hanya sampai di situ saja. setelah berkeliling di Pasar Bobou dengan segala kekhasannya, maka tidak ada salahnya juga untuk berkeliling di Pasar Bajawa atau Pasar Tingkat. Di sana akan kalian temukan barang dagangan berupa kain ikat tradisional khas Bajawa dan aksesoris pakaian adat lainnya. Kain ikat di desa tradisional tentu dapat dibeli bila mereka menjualnya. Harga kain ikat bisa ditawar, mulai dari sarung besar, selimut, hingga scarf. Anyaman pun sebagian diperjualbelikan seperti halnya tas unik gaya Ngada yang kecil namun indah diornamentasikan dengan kulit kerbau dan anyaman bambu tapi harganya bisa sampai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta.

No comments:

Post a Comment