Wednesday, September 18, 2013

Titik Awal Perjuangan

Hari ini adalah hari yang telah dinantikan oleh banyak orang. Kami para peserta SM-3T Angkatan 3, para pendahulu kami para peserta SM-3T angkatan 2, dan para guru atau kepala sekolah dari sekolah-sekolah yang akan menjadi tempat mengabdi para peserta SM-3T angkatan 3. Terlihat wajah-wajah sumringah dari para pendahulu kami, beberapa diantara mereka terlihat sibuk menghubungi sanak keluarga maupun orang terdekat. Beberapa yang lain sibuk mengabadikan moment terakhir mereka di kabupaten yang pastilah penuh dengan kenangan akan perjuangan mereka mengabdi demi mencerdaskan anak bangsa. Berbeda sekali dengan ekspresi yang terlihat di raut muka para peserta SM-3T angkatan 3. Ada rasa takut, khawatir, tergambar jelas di raut muka. Khawatir jikalau nantinya akan ditempatkan di daerah yang benar-benar ekstrim sehingga takut tidak dapat beradaptasi dengan cepat ketika sampai di daerah penempatan. Dan kekhawatiran itu pun singgah di dalam perasaanku. Namun dengan cepat aku tepis, setidaknya aku lebih siap dari teman yang lain, karena dari awal aku sudah mempersiapkan diri akan ditempatkan di daerah pelosok. ya, karena aku berasal dari jurusan PGSD.
Satu per satu kepala sekolah atau guru memasuki ruangan dan acara pelepasan yang dilanjutkan acara serah terima peserta SM-3T pun dilaksanakan. Rangkaian acara pun mengalir lancar sesuai yang direncanakan, hingga akhirnya tiba saatnya aku berangkat ke daerah penempatanku di SDK Ngedusuba. Sebuah sekolah swasta katolik yang berada di bawah yayasan Yasukda yang terletak di daerah yang jauh dari kota.
Thomas Laba Mottong, S. Pd., kepala sekolah yang menjemputku dan mbak Intan menuju ke sekolah. Pertama kali melihatnya sungguh ada rasa takut dalam hati ini. Dengan perawakan tinggi, hitam dan badan yang seperti dipenuhi rambut, ditambah lagi dengan brewok yang ada di dagunya semakin menambah kesan seram melekat pada dirinya. Namun, ketika kami mulai berbincang rasa takut itu sedikit demi sedikit mulai berkurang. Mencoba berdamai dengan keadaan dan berusaha meyakinkan diri bahwa nantinya Pak Thomaslah yang akan lebih banyak membantu kami nantinya.

No comments:

Post a Comment